Minggu, 06 Februari 2011

Suplemen # 5 : MENEMUKAN INSPIRASI

( 7 Suplemen di 11 Tahun PKPU ; Bersinergi & Mengabdi)

Suatu hari, di paruh pertama bulan Januari, menjelang matahari tepat di tengah langit Jakarta yang benderang, terjadi sebuah dialog singkat penuh makna, antara seorang pegawai dengan pimpinannya. Dialog ini berlangsung singkat saja, sekitar dua puluh dua menit. Dialog ini terjadi di salah satu ruangan kantor tersebut.

Pimpinan : “Apa sebenarnya yang anda lihat dan rasakan di lembaga ini?”

Pegawai  : “ Saya merasakan cukup banyak PR di sini untuk saya dan terpenting untuk Bapak”.

Pimpinan : “PR apa maksudnya”.

Pegawai : “Sepengetahuan saya yang terbatas, ada dua PR besar yang ada Pak. Satu bagaimana menjaga kesinambungan roda organisasi dan kedua bagaimana mengembangkan organisasi agar tumbuh besar tapi tidak kehilangan nilai-nilaidasarnya”.

Pimpinan  : “Itu yang ingin saya diskusikan, Saya juga menyadari bahwa menjaga dan mengendalikan lembaga ternyata tak semudah membalikan telapak tangan. Makanya sengaja saya ke sini, ingin mendengar apa yang anda usulkan untuk memperbaiki keadaan di sini. Saya tahu, setiap orang punya gagasan untuk memajukan lembaga, namun banyak diantara mereka yang tidak beranimenyampaikannya. Mudah-mudahan dengan saya yang memulai mendatangi karyawan yang ada, saya bisa mendengar lebih banyak sejumlah masukan yang ada”.   

Pegawai :  “Terima kasih pak, dengan kesediaan bapak untuk datang menemui saya, bagi saya ini merupakan surprise. Saya bangga dengan bapak, yang mau mendengar saran orang seperti saya. Padahal dari kapasitas, saya bukanlah apa-apa bagi lembaga ini. Saya insyaallah akan segera menyampaikan ke bapak, bila saya  menemukan gagasan dan usulan untuk perbaikan lembaga ini. Sekali lagi terima kasih pak, dengan bapak mendengarkan masukan saya, saya merasa amat tersanjung dan terus terang merasa dihargai pak”.

Menjadi inspirasi bagi orang lain ternyata tidak mahal, tidak juga rumit dan butuh biaya. Terbukti, dari dialog di atas, dengan hanya sesekali seorang pimpinan datang secara khusus dengan karyawannya dengan menyengaja ingin mendengar masukannya, ternyata seorang karyawan merasa menemukan inspirasi. Ia bukan hanya terbuka pikirannya, bahkan merasa juga dihargai dengan peristiwa ini. Luar biasa. Inilah seni kepemimpinan, kerendahan hati ternyata pembuka sekat-sekat komunikasi yang kadang tersekat-sekat struktur dan birokrasi. Komunikasi juga bila dilakukan dengan empati, bisa juga membuka hubungan hati yang jauh lebih erat dari sekedar hubungan struktural dalam sebuah organisasi. Pantas seorang ulama besar, Abbas As Sisiy mengatakan : “Ucapan dari bibir hanya akan sampai ke telinga, namun ucapan yang muncul dari kedalaman hati, insyaallah bukan hanya akan menembus gendang telinga, namun juga akan bisa diterima dengan baik oleh hati seseorang”.

***

Para pemimpin dan pemikir besar di dunia, ternyata selain punya mimpi, juga punya moment of the truth yang mampu menginspirasi mereka. Dan  moment ini juga ternyata cukup beragam. Ada orang-orang besar yang terinspirasi oleh hal besar, seperti peperangan, bencana, penindasan, perlakuan ketidakadilan atau kesewenang-wenangan, ada pula seseorang yang amat tergugah jiwanya dan kemudian mengubah haluan hidupnya justeru dengan keindahan, kesempurnaan sesuatu bahkan keselarasan dan harmoninya sesuatu. Dan yang luar biasa, ada pula orang yang bangkit jiwanya, kemudian muncul tekad baja-nya untuk berubah dan memulai menjadi besar justeru hanya dengan perkara sederhana. Yang lebih mengherankan kadang peristiwa yang memalukan, menghinakan bahkan melecehkan harga diri, bagian sebagian orang justeru menjadi pemacu untuk menginspirasi dirinya menjadi orang besar.

Salah satu kisah sederhana misalnya terjadi pada seorang pemuda lokal Arab Saudi di akhir tahun 40-an. Ia saat itu pegawai rendahan yang bekerja di salah satu perusahaan tambang minyak di sana. Saat kelelahan dan kehausan hampir mencekik lehernya, ia melihat sebotol air dingin di dekatnya. Tangannya hampir saja menyentuhnya, ketika tiba-tiba ada tangan kekar menghentikan tangannya dan mencengkeramnya dengan kasar. Bukan itu saja, ia juga dihardik : “Hei, kamu tidak boleh minum air ini. Kamu Cuma pegawai rendahan. Air ini hanya khusus untuk insinyur”.

Suara dan perlakuan yang keluar dari seorang Insinyur Amerika itulah, yang akhirnya membuat peta jalan hidup sang pemuda tadi mengalami goncangan hebat. Ia yang awalnya orang biasa, terinspirasi untuk juga bisa minum air dingin di tengah kehausan yang menderanya. Bertahun-tahun ia menabung dan mengumpulkan uang untuk sekolah. Sederhana saja awalnya, ia ingin jadi Insinyur, agar tak lagi dihina dan direndahkan oleh orang lain. Bukan itu saja, dengan segala jerih payah dan perjuangannya yang gigih, bahkan akhirnya ia berhasil mengambil gelar master bidang geologi di Amerika Serikat. Singkat kata, ia akhirnya kembali ke negaranya dan persoalan minum air dingin yang pernah jadi mimpinya menjadi kenyataan. Yang luar biasa, karena kegigihan, ketekunan dan dedikasinya yang luar biasa, ia akhirnya bukan hanya kembali dengan kehormatan dan kedudukan yang jauh lebih baik. Bahkan secara perlahan akhirnya ia menduduki wakil ditrektur di tempatnya dulu bekerja. Dan perusahaan apakah yang ia kelola, ternyata perusahaan tambang minyak ini bernama Aramco (Arabian American Oil Company). Dalam sejarahnya, tidak pernah sebelumnya ada orang lokal yang menduduki hingga posisi wakil direktur di sana. Ini perusahan pengeboran minyak terbesar di dunia, dan sangat berpengaruh bukan hanya di kawasan Timur Tengah, namun juga dunia. Atas keseriusannya pula, pemuda tadi bahkan akhirnya berhasil menduduki posisi puncak di sana, yakni jabatan Presiden Direktur Aramco.

Bukan itu saja, pemerintah ternyata juga melihat bagaimana ia bekerja dan berproses dalam seluruh hidupnya. Bagaimana ia juga berjuang untuk mengubah dominasi kepemilikan sahan atas pemerintah di perusahaan itu. Dan pemerintah sangat senang, karena secara signifikan, akhirnya pemerintah Arab saudi berhasil memiliki saham mayoritas di perusahaan ini. Maka wajar pemerintah akhirnya memberi kehormatan pemuda ini dengan memintanya memimpin kementrian minyak dan mineral Arab Saudi. Siapakah pemuda tadi, ternyata ia adalah Ali bin ibrahim Al Naimi. Sejak tahun 2005 hingga kini, ia menjabat menteri minyak dan mineral Arab Saudi.  

Kembali ke konteks inspirasi, ternyata amat banyak peristiwa yang ada di sekitar kita yang mampu menjadi inspirasi untuk bisa tumbuh kembang lebih baik. Orang kadang keliru memahami inspirasi. Banyak yang punya keyakinan kalau mau menemukan inspirasi harus ke tempat-tempat jauh, tempat indah atau tempat sepi. Bagi sebagian orang bisa jadi ya, namun bagi yang lain belum tentu. Ide, gagasan, atau pemikiran besar dan dramatis bisa lahir dimanapun, dalam kondisi apapun serta dalam kondisi senang maupun tidak. Inspirasi bila kita selami lebih dalam adalah peristiwa yang kita tatah dalam hati kita kemudian kita olah hingga ia menjadi energi untuk berubah. Inspirasi secara teknis tidak perlu di cari-cari, apalagi dengan biaya mahal mendatangi tempat-tempat terpencil dan sepi.

Inspirasi adanya di kedalaman sanubari. Selami ia dan temukan di dasarnya yang paling dalam. Setiap peristiwa, sekecil apapun, mari kita jadikan sebagai sarana untuk terus menumbuhkan jiwa dan semangat perubahan. Karena inspirasi sesungguhnya persoalan pertemuan antara fitrah suci yang kita miliki dengan sebuah persitiwa yang ada di kenyataan. Manusia pada dasarnya ditanamkan layaknya “chip’ oleh Allah sejak dalam proses penciptaan kita. Kemudian proses ini berkembang seiring umbuh dan berkembangnya kita seperti sekarang. “Chip” inilah yang kemudian di sebut fitrah yang kemanapun dan dimanapun kita berada tidak akan terpisahkan. Nah, dengan memori dasar inilah setiap peristiwa akan berproses. Dari ribuan atau bahkan jutaan peristiwa yang terjadi, otak kita tentu saja tidak menyiapkan diri untuk menandai semua peristiwa itu sesuatu yang istimewa. Karena perasaan dan hati kita sendiri pula yang memilah mana peristiwa istimewa, super istimewa dan dahsyat bagi kehidupan kita.

Menemukan inspirasi tidak harus dipaksakan dengan menunggu moment besar, moment bersejarah atau moment langka dalam kehidupan. Inspirasi bisa kita dapati setiap hari secara rutin. Lihat saja setiap malam, saat anak-anak kita lelap tertidur, perhatikan dalam-dalam wajah-wajah polos mereka. Selami ini setiap hari dengan menggunakan hati. Tanyakan pada jiwa kita, siapa mereka dan bagaimana perlakuan kita hari ini pada mereka. Dengan melihat wajah-wajah mereka yang polos, kadang tak terasa hati kita seakan meleleh, mengingat betapa kadang egoisnya kita. Melupakan dan mementingkan terlalu banyak diri kita untuk sesuatu yang kita anggap besar dan hebat. Untuk sesuatu yang sebenarnya mungkin juga akan menguap laksana embun begitu jasad kita terbujur kaku. Sementara mereka, anak-anak kita, siapakah yang paling sungguh-sungguh memikirkan mereka. Apakah pembantu kita, guru ngajinya, atau guru-guru di sekolahnya?. Tidak. Kitalah orang yang sesungguhnya paling bertanggungjawab terhadap mereka. Memandangi anak-anak kita kala mereka lelap tertidur bukan sebuah peristiwa biasa jika kita libatkan hati dan jiwa kita. Kita libatkan emosi terdalam yang ada di dasar paling dalam perasaan kita. Bila kita lakukan ini terus menerus, kita akan memiliki ruang yang lebar dalam hati kita. Kita akan memiliki keluasan dan kelapangan jiwa.

Mari kita latih terus jiwa kita untuk menemukan setiap moment, setiap kejadian sekecil apapun menjadi inspirasi untuk memperbaiki diri kita. Mulai hari ini, buka lebar-lebar pintu hati dan perasaan kita dalam memandang sesuatu. Iringi sorot dan tatapan kita dengan pandangan jiwa kita. Iringi pendengaran, langkah dan seluruh dimensi hidup kita dalam sebuah kesatuan harmoni. Bukankah jasad kita selalu didampingi jiwa kita saat kita bergerak atau diam. Maka mulai sekarang, libatkan jiwa kita dalam setiap kita duduk, berdiri, berbaring maupun berjalan. Bukankah dalam setiap do’a iftitah kita saat shalat, kita selalu sebut : “sesungguhnya, shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Robb semesta alam”. Amat dalam sesungguhnya makna yang terkandung dalam bacaan ini. Walau singkat, dimensinya amat panjang, mengikat dan terus menerus mengingatkan jiwa kita yang kadang terlalaikan kesibukan. Wajar jika sepeninggal Rosulullah SAW, para sahabatnya bukan hanya terlatih jiwanya untuk diri mereka sendiri. Ternyata mereka juga tumbuh dan berkembang menjadi pemimpin besar dan legendaris. Kepemimpinanya di akui dunia dan bahkan menjadi amat dramatis ketika akhirnya orang-orang yang tak sekedar hidup dengan jasad ini menjadi seorang pemimpin. Mereka hadir bukan semata menjadi penguasa, justeru hadir di tengah-tengah umat dan mewakili suara hati dan keinginan masyarakatnya. Pemimpin manakah yang rela memanggul kantong gandum saat ia belkeliling negerinya dan mendapati ada seorang janda dengan anak-anaknya kelaparan dan tanpa ada bahan makanan yang tersedia. Pemimpin manakah yang saat datang seorang utusan kaisar yang besar sedang berbaring di depan rumahnya dalam ranjang tanpa alas yang amat sederhana. Tanpa pengawalan, tanpa umbul-umbul kebesaran. Itulah sosok Umar Ra, ia dibesarkan dan dididik Rosulullah bukan untuk menjadi penguasa dalam arti pemegang kendali dan otoritas semata. Umar RA tumbuh menjadi pemimpin yang berkarakter, memiliki jiwa yang amat terasah dengan baik dan sempurna. Ia bukan hanya peduli, namun juga rela mengabdi bagi tegaknya kepemimpinan secara esensi. Bukankah pemimpin memang harus melayani, bukan seperti sekarang yang justeru banyak pemimpin menuntut kesempurnaan fasilitas dan pelayanan. Sekali lagi masalah kekuasaan, jabatan, kedudukan atau apapun namanya, mari kita isi dengan keterlibatan jiwa, jangan biarkan ia kosong tanpa arah dan kedalaman makna.

Lantas pertanyaannya kini, bagaimana mendapatkan inspirasi untuk mengisi jiwa kita? Dibawah ini setidaknya ada 2 hal yang kita bisa lakukan dalam menumbuhkan inspirasi jiwa kita, yaitu milikilah tujuan dan sasaran serta bertindaklah dan mulai.

Milikilah tujuan dan sasaran
Memiliki tujuan dan sasaran berperan penting dalam melatih dan menumbuhkan inspirasi. Kita bisa jadi belum menemukan inspirasi, namun setidaknya kita masih punya tujuan dan sasaran yang kita miliki. Tujuan penting untuk memandu langkah kaki dan masa depan kita. Setelah sampai tujuan, kita juga harus segera mencari, apa yang kita sasar hingga sampai di tempat tersebut. Orang hidup tanpa tujuan hanyalah akan melelahkan dan membuang-buang energi. Kebosanan dan kejenuhan akan menyergap dengan mudah dan memporakporandakan langkah yang telah dilakukan.

Begitu pula dalam konteks organisasi, bila sebuah organisasi atau lembaga hadir dan didirikan tanpa tujuan, pastilah ia tak akan bertahan lama. Jangankan orang lain, yang mengelola saja bisa jadi kebingungan akan kemana organisasi ini melangkah. Tanpa tujuan yang jelas jalanan akan dipenuhi manusia tanpa arah, yang hidup bersenang-senang tanpa esensi. Bila pun sebuah organisasi punya tujuan tapi ia tidak punya arah, ia akan kehilangan kendali. Kebingungan akan segera datang bila benar-benar ternyata tujuannya tercapai.

Suatu ketika, sekelompok anak seusia SMA mendadak memutuskan mendaki gunung Tangkuban Perahu dalam perjalanan pulangnya dari Bandung. Tujuannya sederhana saja, naik gunung. Ternyata diantara tujuh orang yang ada, tak satupun yang siap untuk mendaki gunung, tapi karena mereka menganggap bahwa paling juga semalam di sana, ngapain repot-repot bawa macam-macam. Tokh, pakai sepatu biasa dan baju biasa juga sepertinya tidak masalah. Cuma dekat ini kok, kata mereka yang memang tinggal tak jauh dari Lembang. Awal-awal memang tak ada masalah, senang-senang sambil bergembira menikmati jagung bakar dan kacang rebus yang jadi bekal di perjalanan. Ternyata memang awalnya sesuai gambaran mereka, aman terkendali. Masalah mulai menerpa saat ada seorang dari mereka yang tak puas hanya jalan menerobos rimbunan hutan dan semak belaka. Ia bilang : “Cuma gini doang, keci. Ini tidak menantang”.  Yang lain akhirnya trerpancing : “kalau gitu, kita pake rute yang tidak biasa dan kita memutar arah, kita akan coba dari arah yang berbeda”.

Dan kesulitan demi kesulitan segera menghadang, barang-barang mulai berjatuhan karena melewati jalan yang terjal dan licin, ditambah karena bukan jalan biasa, tentu saja jauh lebih gelap dan rutenya menjadi semakin sulit. Di tengah kelelahan, kehilangan sejumlah barang dan kedinginan yang menggila, mulailah satu demi satu saling menyalahkan. Saling tuduh dan berusaha untuk membenarkan pendapatnya masing-masing. Tujuan naik gunung, walau nyasar dan tak tahu dimana posisinya saat itu telah tercapai, tapi ternyata karena tidak jelas mau apa dan bagaimana, akhirnya hampir saja merenggut jiwa salah seorang dari mereka. Ia terserang kedinginan akut (hipotermia) dan mulai meracau tak terkendali. Untung saja ada pendaki lain yang kebetulan berada tak jauh dari tempat itu membantu memberikan pertolongan. Hampir saja, jatuh korban sia-sia karena percobaan melakukan sesuatu yang sama sekali tanpa disiapkan. 

Dalam konteks inspirasi, kita bisa “memancing” inspirasi lahir dengan sejumlah langkah-langkah kecil dan sederhana saja.

Pertama, buatlah rencana harian.
Tulis setiap malam sebelum tidur, apa yang akan anda lakukan hari ini. Dan sebelumnya, tentu saja kita juga secara jujur harus mengevaluasi apa yang telah kita lakukan hari ini. Bila rutin hal ini kita lakukan, maka secara otomatis, kita akan terpancing untuk memberikan catatan atas evaluasi dan rencana yang kita miliki. Inspirasi memang tak bisa muncul saat kita paksa, namun minimal kita telah mencoba untuk menghadirkannya dalam jiwa dan perasaan kita.

Dengan sejumlah rencana yang kita miliki, kita tentu saja akan bisa menilai kenapa ada yang gagal dan kenapa ada yang sukses. Apa penyebab kegagalan dan apa yang membuat rencana kecil harian kita bisa sukses. Ingat tetap libatkan jiwa dan perasaan kita. Bila perlu evaluasi dan rencana ini tertulis dan ada pada buku khusus yang kita siapkan. Ingat, bukan pada banyak atau sedukit tulisan yang kita buat, namun pada kualitas dan kesinambungannya yang justeru lebih penting. Kita bukan semata melatih harmoni jasad dan jiwa, tapu lebih dari sekedar itu, kita juga sedang menyerap sejumlah kejadian dan peristiwa menjadi berguna bagi kehidupan kita. Kalau perlu, bagi kehidupan umat dan bangsa. Semakin kita terbiasa menyerap seluruh informasi yang ada, semakin jiwa kita akan kaya. Dan kekayaan jiwa pastilah akan melimpah kemana-mana, ke anak-anak dan isteri kita, ke tetangga dan lingkungan kita, ke teman di kantor kita, bahkan pada dunia dan seisinya. Ya, jiwa yang kaya adalah jiwa yang mampu menggerakan dan menghadirkan energi positif untuk kebaikan.

Kalau saat ini kita masih merasa miskin, serba pas-pasan dan belum berkecukupan, dengan jiwa yang kaya, kita tetap akan tegak menatap masa depan. Akan tegar mengahadapi godaan dan rintangan yang datang. Jiwa yang kaya adalah jiwa para pemenang. Jiwa yang kaya juga adalah jiwa para pemimpin besar, yang hidupnya kadang rela menderita asal dirinya memberikan kemanfaatan bagia dunia. Jasad boleh terkalahkan, boleh terkubur dan dikebumikan, tapi ide-ide kebaikan, pemikiran yang mencerahkan dan dorongan untuk merubah dunia menjadi lebih baik takkan bisa dimatikan. Ide dan gagasan akan abadi melewati jaman.

Kedua, bangunlah harmoni di setiap sisi
Harmoni laksana sebuah pendulum dalam kehidupan. Ia bisa bergerak ke kanan dan juga ke kiri. Setiap hari belum tentu ada di sisi yang sama. Tugas kita setiap hari adalah menjaga dan memastikan agar pendulum yang ada berada dalam garis kesetimbangan. Dimanapun posisi pendulum bergeser, segera sesuaikan kanan dan kira, atas dan bawah sehingga kembali dalam sebuah kondisi yang harmoni. Bila kemampuan menjaga harmoni ini kita miliki, maka dimanapun kita berada dan dalam kondisi bagaimanapun, kita akan memiliki ketenangan diri. Jauh dari kegalauan dan kecemasan. Dengan hati dan jasad yang seimbang, kita juga bisa berpkir jauh ke depan. Kita bisa merencanakan banyak hal dalam mengarungi kehidupan ini. Sebuah perjalanan yang bukan hanya tak tahu kapan akan berakhir, namun juga tak kita ketahui dimana jiwa kita akan berpisah dengan raga.

Kehidupan laksana perjalanan, akhir dari ini semua adalah bertemunya dengan kematian. Dan dengan kematian yang datang, maka berakhir sudah segala ikhtiar dan usaha yang kta lakukan. Sebelum benar-benar berakhir, jadikan kehidupan ini memiliki manfaat yang besar bagi diri dan lingkungan sekitar, mulai keluarga, masyarakat dan bangsa. Jadikan agar hidup kita, laksana lebah, kemanapun lebah pergi, ia hanya akan mendatangi tempat-tempat terbaik dan dalam kerangka yang baik pula, mengumpulkan setetes demi setetes madu, bagi dirinya, keluarga serta bagi manusia. Lebah hidup benar-benar mengabadikan dirinya dalam sebuah siklus kemanfaatan yang tiada tara. Bahkan kematian lebah-pun salah satunya saat ia menusukan sengatnya saat melawan musuh atau ancaman yang datang. Kematiannya bukanlah sia-sia dan tak berguna. Kematiannya adalah kematian indah karena pengorbanan dan membela kepentingan komunitas dan masa depan masyarakatnya. Nah, kalau lebah saja bisa begitu, bagaimana dengan kita manusia?.
 
Bertindaklah dan Mulai
Dalam konteks menghadirkan inspirasi, kitab tidak boleh menunggu. Mulai saja dari apa yang ada dan apa yang kita bisa. Termasuk tulisan ini saat dibuat, sesungguhnya takkan sepanjang ini jika tidak dimuilai dari huruf pertama yang diketikan. Saat mulai membuka dan menyalakan laptop, jujur saja saya sendiri belum terbayang mau menulis apa. Tapi dengan dorongan keyakinan bahwa saya bisa menuliskan sesuatu, akhirnya tak terasa, sampai juga tulisan ini di halaman keempatnya. sendainya  saya menunggu punya inspirasi atau ide dulu yang melintas, saya tidak menjamin dalam 12 jam ke depan saya dapat menyelesaikan selembar saja tulisan ini.

Ide memang mahal bagi mereka yang pelit untuk memulai. Bagi mereka yang berani mencoba, ide seakan tanpa batas. Tersedia sedemikian banyak tanpa di duga. Satu cerita bisa dirangkai dengan cerita yang lain. Satu peristiwa bisa “dipaksa” satu media dalam sebuah paparan. Inilah kekuatan pikiran, bisa menghadirkan sedemikian formulasi gagasan baru yang pada awalnya saling terpisah dan tak terhubungkan. Dan dengan kemauan kuat untuk bertindak dan memulai, maka akhirnya dengan sukarela ide pun mengalir. Ibarat sungai, saat kita telah memulai menggali dasarnyanya, dan mulai mengerjakan alurnya kemana, maka airpun akan ikut mengisi dasar sungai yang kita buat.

Dalam konteks organisasi, inspirasi amat penting untuk terus mendorong semangat dan jiwa pertumbuhan lembaga. Tanpa ide dan gagasan yang ada, organisasi hanya akan mati suri.  Dengan inspirasi yang terus tumbuh berkesinambungan, kita akan mudah meneruskannya menjadi langkah-langkah inovasi organisasi. Dan ketersediaan ide dan insipirasi yang melimpah, membuat kita juga punya sejuta kemungkinan untuk terus memperbaiki dan menumbuhkan semangat bersaing secara sehat.

Inspirasi bukan segalanya, namun tanpa inspirasi kehidupan pribadi maupun organisasi akan terasa hambar dan tanpa gairah. Orang-orang atau malah kita akan tenggelam dalam rutinitas yang terasa  membosankan. Tanpa inspirasi laksana langit tanpa awan bahkan pelangi. Kita hanya akan hidup datar, lurus tanpa ada variasi berarti. Padahal kehidupan sendiri sesungguhnya secara fitrah adalah sebuah maha inspirasi. Lihat saja dedaunan di sekitar kita, ada yang menjari, menyirip, dan seterusnya. Belum lagi warnanya, demikan beragam dan bervariasi. Jadi mari kita nikmati kehidupan ini dengan mengembalikan diri kita dalam lansekap fitrah yang asasi, termasuk pula dalam menghadirkan inspirasi. Buka hati, buka telinga dan mata kita dengan menyertakan hati, insyaallah dengan deras inspirasi akan mendatangi kita. Selamat mencoba.

Condet menjelang tengah malam,
Sesaat pulang dari pelatihan Self Awarenes di Ciganjur
Selasa, 12 Januari 2011

Nana Sudiana
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar