Minggu, 06 Februari 2011

PENGANTAR 7 SUPLEMEN DI 11 Tahun PKPU ; BERSINERGI & MENGABDI

(Sebuah Pengantar Menikmati  7 Suplemen Pengembangan Dasar Organisasi)

Pada suatu hari , dimana matahari baru saja beranjak naik se-penggalahan, atau sesaat waktu duha tiba, terjadi sebuah dialog di serambi sebuah kantor :

Teman :”ngapain sich susah-susah nulis sesuatu yang serius?”.
Saya : “Menulis adalah bagian dari mewarnai jaman, siapa yang ingin abadi di masa depan, ia harus menulis sebanyak-banyaknya, kalau perlu ia penuhi buku-buku perpustakaan dengan tulisan yang dimilikinya.
Teman :”Gombal, emang gajimu naik kalau rajin menulis?, dan tahu tidak tulisanmu hanya menyesaki daftar email orang lain”.
Saya : “mungkin untuk saat ini belum ada korelasi antara produktivitas tulisan dengan pendapatan. Saya kira ini hanya masalah waktu saja. Jangan salah lho, banyak orang bisa kaya justeru dari tulisan mereka. Terus yang kedua, mengenai tulisan yang membosankan bahkan mengganggu kenyamanan saat membuka email, saya kira ini masalah perasaan. Kalau kamu punya pikiran baik, kamu akan sedikit empatilah dengan orang yang mulai belajar nulis. Sebagaimana kita empati pada anak-anak kita saat mereka mencoreti tembok, kursi dan dinding-dinding rumah kita. Bila kita melarang mereka, bahkan memarahi mereka untuk menulisi itu semua. Maka di masa depan, mereka pasti akan kesulitan mengembangkan imajinasi dan gagasan. Begitu pula dengan tulisan yang sementara ini memenuhi kotak masuk emailmu. Ini lagi-lagi masalah waktu, bila semakin baik tulisan yang Aku buat, Aku jamin bukan engkau yang akan Aku kirimi tulisanku. Para redaksi yang ada di sejumlah media-lah yang akan aku kirimkan tulisan-tulisanku. Dan untukmu, Aku hanya akan mengatakan “Terima Kasih atas keluhannya, dari keluhanmu Aku punya dendam sosial untuk segera berhenti memenuhi kotak emailmu dengan tulisanku”.

Percakapan diatas sebagian terjadi sebenarnya dan sebagian yang lain stylisasi dari kejadian yang hampir serupa.

Saat ini  kata Oren Harari, Seorang “pemikir manajemen terbaik di dunia”, sekaligussalah satu  dari 40 pemikir terbaik dunia, dalam bukunya Break From The Pack , ia mengatakan : “untuk bisa berinovasi orang harus bisa digerakan dengan gairah bekerja yang tinggi, bahkan secara ekstrem ia harus memiliki “kegilaan”. Saat yang sama ia harus bisa tenang, rasional dan sangat fokus menuju sebuah impian di masa depan”.  Dalam beberapa bab bukunya, ia mengulang-ulang tentang perlunya punya semangat, motivasi serta kegilaan para karyawan untuk menampilkan sisi terbaik yang dimilikinya. Organisasi hebat di masa depan, entah ia bergerak dibidang apapun, harus mampu mengkombinasikan seluruh informasi dan pergerakan lingkungan internal maupun eksternalnya dengan harmoni.

Dan dalam sejumlah lain tulisannya, ia menganjurkan agar semua orang mengasah kemampuan terbaiknya dalam sesuatu, namun pada saat yang sama, seseorang harus mengunyah-nguyah banyak hal secara bersamaan. Nah persoalan ekstraksi kunyahan ini ternyata bukan soal mudah. Menyerap, mengklasifikasi serta mengolah informasi darimana saja bukan perkara sederhana, butuh ketekunan, kesabaran dan kesiapan untuk diam, tenang dan terus menyerap dengan seksama. Kesulitan itupun ternyata belum seberapa. Karena proses mengunyah dan menyerap akan teruji hasilnya manakala seseoarng mulai menghasilkan karya. Ya, karya bukan saja harus dalam bentuk benda-benda real, bisa diraba dan berbentuk nyata. Karya juga yang paling sederhana dan berada di level paling bawah adalah aktualisasi gagasan melalui media tulisan.

Tulisan adalah perwakilan gagasan.  Saat yang sama tulisan juga menggambarkan bagaimana seseorang berpikir terhadap sesuatu. Semakin sistematis seseorang menulis, maka semakin ia mampu mengendalikan banyak informasi dan gagasan dalam logika yang runtut dan beraturan. Sebaliknya, semakin kacau logika yang terrtuang dalam sebuah tulisan, maka bisa dipastikan, orang tersebut mengalami disorientasi gagasan. Ia kesulitan menyerap informasi dan fakta yang bergerak amat dinamis di lingkungan internal maupun eksternal dirinya.  Maka wajar dalam kehidupan kita, muncul orang-orang yang pandai bercengkrama, membuat kelucuan dan memancing tawa, tetapi ternyata saat yang sama ia terlihat amat marah ketika tesinggung secara sengaja atau tidak sengaja. Kenapa demikian?, karena kadang mengkonstruksi gagasan aneh, lucu, bahkan yang sedikit “nyerempet-nyerempet” hal-hal tabu, secara spontan mudah dilakukan oleh alam bawah sadar kita. Dan mulut kita akan dengan mudah menguaraikannya kata demi kata. Coba saja para pembuat tawa diminta menulis sebuah essay. Ia tentu saja secara umum akan merasakan kesulitan.

Dalam konteks organisasi, kita memerlukan semua orang dengan semua potensi. Tapi kemampuan dasar menulis dan mengekspresikan gagasan saya kira menjadi penting untuk menata ulang secara perlahan organisasi ini. Bila kita ingin mendunia dan panjang umur organisasi ini, maka kita harus mampu melewati keterbatasan fisik dan sarana yang ada. Bila kita mahal menjangkau dunia dengan cara datang langsung ke sana, kenapa tidak kita coba memenuhi dunia dengan kata-kata dan gagasan kita.

Saya pikir, sudah saatnya pikiran, gagasan dan ide-ide kontstruktif yang kita miliki mulai kita siapkan dalam paket-paket kecil maupun besar, sehingga bila saatnya tiba, kita takkan kekurangan ide dan gagasan. Dunia terus berubah, sementara kebijakan yang ada pun tidak seluruhnya bisa kita kendalikan sesuai dengan kemauan kita. Dengan terus belajar mengeksplorasi ide dan gagasan, saya kira kebesaran organisasi ini hanya menunggu waktu saja. Ini persoalan mempertemukan ikhtiar dengan tawakal dalam balutan takdir Allah aja wa Jalla.

Kita semua tidak menginginkan jadi gila dalam seluruh dimensinya, kita juga tidak ingin menjadi manusia “workholic” dalam menjalani hari-hari kerja yang ada di kantor kita. Tapi kita semua tentu berharap ingin mengawetkan, memanjangkan, kalau perlu mengaabadikan gagasan dan pemikiran yang kita miliki.

Walau tulisan ini agak terlambat, karena dibuat setelah suplemen pertama jadi dan dipublikasikan di milis, sebenarnya merupakan pengantar dari 7 tulisan suplemen dari tagline PKPU di usianya yang kresebelas. Yakni “Bersinergi dan Mengabdi”.   Ketujuh suplemen itu, masing-masing akan bercerita tentang :
Suplemen # 1 :  Membangun Jejaring itu Penting
Suplemen # 2 :  Kemampuan Adaptasi Sebelum Prestasi
Suplemen # 3 :  Melawan Kebosanan
Suplemen # 4 :  Berani Menghadapi Kegagalan
Suplemen # 5 :  Menemukan inspirasi
Suplemen # 6 :  Menghitung Peluang & Resiko
Suplemen # 7 :  Menuju Sukses dengan Terorganisasi

Alhamdulillah, dalam 2 hari Suplemen # 1 sampai dengan # 4 telah berhasil di selesaikan. Mudah-mudahan dalam dua hari ke depan (sebagaimana target awal, maksimal semua tulisan selesai dalam hitungan 4 hari) semua tulisan suplemen ini berhasil dirampungkan. Mohon ijin dan perkenannya juga, ke-tiga suplemen (# 2, #3 dan #4) akan di share secara bersamaan di milis dan media publikasi intrrnal. Mohon bersabar dan maklumnya. Jazakumullah khairan jaza sebelumnya.

Dibaca tidak dibaca, itu masalah berbeda. Dikomentari tidak dikomentari itu juga bukan urusan penting. Yang esensial justeru, mari kita terus belajar dari lingkungan sekitar. Dan belajar terbaik ternyata selain harus dengan mengajar adalah ternyata dengan menuliskan sesuatu. Mari kita berlomba terus belajar, hingga masa depan kita secara personal dan organisasi juga bisa secara harmoni menuju titik masa depan dengan penuh kemenangan.
Semoga.

Condet Menjelang pagi,
Selasa, 11 januari 2011

Nana Sudiana
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar