Minggu, 06 Februari 2011

Suplemen # 4 : BERANI MENGHADAPI KEGAGALAN

( 7 Suplemen di 11 Tahun PKPU ; Bersinergi & Mengabdi)

Hidup bukanlah seperti matahari, yang bersinar sepanjang hari. Hidup juga bukanlah angin yang terus mengembara melintasi musim dan masa. Hidup sederhana saja, ia laksana musim bermekaran bunga, singkat, indah dan pasti akan meluruh. Tak ada bunga di dunia ini yang benar-benar abadi, sekalipun edellweis dari dataran dan puncak gunung tinggi. Semuanya laksana musim, berganti dan terus berganti. Tak ada kemarau sepanjang tahun, tak ada pula hujan seluruh waktu. Hidup punya logikanya sendiri. Kadang panas, kadang hujan. Kadang suka kadang duka. Kadang sehat, dan terkadang sakit. Dalam sebuah kesemapatan, seorang tokoh dunia hiburan Amerika serikat mengatakan :

“ Jika anda menginginkan pelangi, anda harus rela untuk berathan dalam hujan”.

Benar apa yang dikatakannya, untuk bisa sukses, kita harus berani menanggung segala resiko yang terjadi. Sekalipun bertahan dalam hujan atau bahkan badai. Dan dari sinilah segala macam teori, konseptual, keyakinan dan loyalitas kita diuji. Melawan badai berarti membuktikan karakter dan merahnya darah kita. Siapa yang teruji ia akan terus melaju bersama dan siapa yang gagal dan menyerah ia akan terpinggirkan jaman. Berada dalam kisah-kisah masa lalu yang secara perlahan akan terlupakan.

Melewati badai adalah persoalan karakter. Ia tidak muncul dan tumbuh tiba-tiba, dan tidak pula bisa dengan cepat ditularkan pada para pendatang yang baru bergabung kemudian. Karena masalah karakter sesunnguhnya amat lekat dengan kombinasi jiwa manusia. Di dalamnya terforulasi dengan sempurna nilai-nilai dasar keyakinan, pengetahuan, kapasitas, loyalitas serta visi dan tujuan dan motivasi hidup seseorang secara sempurna. Dalam formula tadi, semuanya menyatu secara harmoni. Tidak kurang dan tidak lebih.

Dalam organisasi, maupun individual nantinya, kegagalan bukanlah hal yang harus ditakutkan. Dengan kegagalan kita bisa belajar dan punya pengalaman. Dan dengan pengalaman, kita mampu memberikan nilai terhadap proses yang kita jalani kemudian. Tak ada yang tiba-tiba menang dalam sebuah pertandingan, dan tak ada cerita sukses sebuah organisasi tanpa rentang panjang perjalanan yang dilaluinya. Dan tentu saja dalam perjalanan itu, bisa dipastikan tidak semua laksana jalan tol, mulus tanpa lobang dan kerusakan. Normalnya kehidupan, dalam sebuah proses perjalanan, ada saja satu, dua, atau kesekian akan mengalami ketidaksuksesan atau kegagalan.

Berani menanggung kegagalan adalah jiwa kstaria dan pemberani. Bukan harus lari dan dihindari. Disinilah lagi-lagi karakter menentukan seberapa kuat seseorang bertahan dalam terpaan kegagalan amat menentukan. Ia bertahan atau lari mengindar, keduanya adalah pilihan yang rasional. Siapapun boleh-boleh saja terus bertahan atau memilih keluar dari gelanggang. Tokh, permainan tidak hanya akan kita temui saat ini saja. Dalam waktu dan kondisi yang kurang lebih sama, kita juga pasti akan bertemu dengan sebuah badai yang mengguncang kesadaran kita, memilih bertahan atau lari menghindari kenyataan.

Hadapi bahwa ketidaksuksesan memang terjadi, tetapi ketidaksussesan tidak berarti kita gagal. Ketidaksuksesan hanya berarti bahwa kita harus mencoba lagi. Lagi dan lagi. Pertanyaannya seberapa besarkah keinginan kita untuk sukses? Apakah cukup besar untuk kembali memulai dari awal?

Kisah Abraham Lincoln, barangkali menjadi ilustrasi yang membantu kita untuk belajar bagaimana harus bangkit dari kegagalan. Abraham Lincoln tak diragukan lagi dianggap orang yang berhasil. Bahkan nama Lincoln terukir sebagai Presiden Amerika terhebat sepanjang sejarah. Namun ternyata, Abraham Lincoln meraih kesuksesan ini bukan tiba-tiba, ia demikian panjang melewati sejumlah kegagalan demi kegagalan yang nyaris meruntuhkan semangat dia, namun dengan keteguhannya ia berhasil bangkit dan melewati sejumlah kegagalan. Berikut garis besar riwayat hidupnya :


·         Pada tahun 1816, di usianya yang ke-7, keluarganya didesak untuk keluar rumah mereka dan ia harus pergi bekerja dengan ayahnya untuk membantu keluarga.
·         Pada tahun 1818, di usianya yang ke-9, ibunya meninggal.
·         Pada tahun 1831, ia meninggalkan rumah, memulai sebuah bisnis dan gagal.
·         Pada tahun 1832, ia pindah ke jalur politik dan bersaing untuk kursi legislatif di negara bagian illinois, ia dikalahkan di kotak suara.
·         Pada tahun yang sama (1832), ia kehilangan satu-satunya pekerjaan, yakni sebagai karyawan sebuah toko, karena tokonya tutup. Ia juga gagal masuk sekolah hukum.
·         Pada tahun 1833, Ia meminjam uang dan dengan seorang teman ia membuka sebuah toko dan memulai bisnis baru. Beberapa bulan kemudian, temannya  meninggal dan tokonya bangkrut, ia juga berhutang lebih dari 1000 dollar. Ia butuh 17 tahun untuk bisa melunasinya.
·         Pada tahun 1834, ia bersaing untuk kursi legislatif di negara bagian Illinois lagi. Kali ini Ia menang.
·         Pada tahun 1835, seorang gadis yang ia harap bisa menikahinya, Ann Rutledge, tiba-tiba meninggal karena radang otak. Lincoln merasa patah hati.
·         Pada tahun 1836, ia mengalami guncangan jiwa dan harus terbaring di tempat tidur selama 6 bulan.
·         Pada tahun 1837, Ia melamar Mary Owens, seorang kawan lama, untuk menikah dengannya, tapi gadis itu menolaknya.
·         Pada tahun 1838, ia mencoba menjadi juru bicara dewan legislatif negara bagian, tetapi ia dikalahkan.
·         Pada tahun 1840, ia mencoba jadi anggota dewan legislatif  kotamadya, tetapi sekali lagi ia dikalahkan.
·         Pada tahun 1843, ia menjadi kandidat untuk anggota dewan kongres, ia kalah lagi.
·         Pada tahun 1846, ia menjadi kandidat dewan kongres lagi. Kali ini ia menang.
·         Pada tahun 1848, ia menjadi kandidat untuk pemilihan ulang dewan kongres, dan ia kehilangan kursinya.
·         Pada tahun1849, ia kembali ke rumahnya di Springfield dan melamar untuk jabatan komisioner kantor pertanahan. Sekali lagi ia tidak berhasil.
·         Pada tahun 1854, ia menjadi kandidat untuk pemilihan anggota dewan senat Amerika Serikat. Ia kalah.
·         Pada tahun 1856, ia mencoba untuk bisa dinominasikan sebagai wakil presiden pada konvensi nasional Partai Republik. Ia kalah dan hanya menerima 110 suara.
·         Pada tahun 1858, ia menjadi kandidat lagi untuk dewan senat, dan ia kalah lagi.
·         Tetapi kemudian pada tahun 1860, Abraham Lincoln memenangkan pemilihan terbesar dari semuanya, yaitu ketika rakyat Amerika Serikat memilihnya untuk masuk ke Gedung Putih sebagai Presiden.

Satu hal yang harus kita lihat dalam gambaran tentang Abraham Lincoln dan semua orang sukses adalah pada kenyataannya merupakan karakteristik orang yang berhasil. Karakter itu pula terlihat pada ketekunan dalam menghadapi kesulitan disertai ketetapan hati untuk mencapai tujuan yang berharga. Tentu saja para pemenang dalam hidup, bukanlah orang-orang yang kebal terhadap perasaan tertekan. Ia juga pastilah merasakan kehilangan akan keinginan untuk terus berusaha. Setiap manusia pasti rentan terhadap perasaan itu, akan tetapi ketetapan hati para pemenang untuk terus berupaya dalam sebuah usaha yang berharga adalah lebih kuat (walaupun perbedaanya tidak jauh) dibandingkan dengan keinginan mereka untuk menganggap perjuangan telah usai dan kemudian menyerah.

Jadi, jangan biarkan ketidaksuksesan mengubur kita hidup-hidup. Jangan biarkan ketidaksuksesan menjadi kegagalan permanen. Ingatlah orang atau organisasi yang sukses adalah orang atau organisasi yang pernah gagal tapi terus mencoba. Jadi, tetaplah terus berusaha.

Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan pula bersedih hati,sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman”. (QS. Ali Imran (3) : 139).              


Condet menjelang tengah malam, setelah mencicipi sebuah kelas Gym singkat.
Senin, 10 Januari 2011

Nana Sudiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar