Minggu, 06 Februari 2011

Suplemen # 3 : MELAWAN KEBOSANAN


( 7 Suplemen di 11 Tahun PKPU ; Bersinergi & Mengabdi)

Apa sich sebenarnya musuh yang mematikan para pejuang di medan pertempuran? Ya benar, bukan gempuran lawan, bukan pula beratnya medan yang diarungi. Salah satu musuh para pejuang yang membahayakan adalah justeru serangan kebosanan.

Di dunia ini banyak orang pandai tapi ia tak bisa sampai pada sebuah tujuan. Banyak orang hebat yang ternyata tak bisa selamat menempuh ujian. Mereka bukan tak berdaya, apalagi tak punya kapasitas, tapi mereka terserang penyakit kebosanan. Begitu penyakit ini datang, orang-orang hebat akan berhenti dari kehebatannya, orang-orang pandai hanya akan jadi sampah sejarah. Ia semua hanya akan tergerus masa lalu yang kejam. Yang datang menghapuskan ingatan orang-orang akan prestasi yang pernah tertotehkan. Betapa cepat lupanya manusia.

Untuk bisa hebat, ternyata kuncinya bukan sekedar kapasitas, butuh perpaduan yang tepat antara kesabaran, ketekunan dan semangat yang tinggi untuk terus maju dan berubah ke arah lebih baik. Apabila terserang rasa bosan, alihkan serangan ini dengan sejumlah jurus untuk terhindar dari gencarnya rasa bosan.

Rasa bosan adalah lawan kesabaran, untuk bisa bersabar, kita harus punya 3 jurus andalan :

1.      Memiliki Tujuan
Tujuan sangat penting dalam mengalahkan rasa bosan. Dengan tujuan yang jelas dan terarah, kita tahu pasti akan kemana kaki melangkah. Dengan tujuan yang pasti pula, seluruh rintangan seberat apapun, akan kita hadapi walau harus berdarah-darah. Tak cuma peluh dan lelah, apalagi hanya harus kotor dan dikepung rasa lapar dan haus yang parah.

Tujuan pula yang menyebabkan setiap rintangan tak mampu mematahkan semangat kita yang kita bangun diawal-awal. Dengan tujuan semangat yang ada, akan terus hidup dan menyala-nyala, bak pelita di tengah gulita. Ia yang akan memandu kegelapan hingga tak ada ruang-ruang tak terjangkau cahaya. Ia pula yang akan menegakan kembali melemah dan surutnya semangat yang pernah terucap, janji dan ikrar yang pernah dengan lantang digemakan. Semangat adalah tekad yang ditanamkan dalam jiwa, dan tujuan lah kompas yang memandu menuju perjalanan yang pasti.

2.      Milikilah Keyakinan
Keyakinan adalah energi, tanpa keyakinan siapapun yang tergabung dalam lembaga apappun hanya akan menjadikannya pengikut. Bahkan bisa jadi akan menjerumuskan pada tingkat paling rendah dari pengikut, yakni pengecut. Tanpa keyakinan, orang tak lebih dari zombie yang berkeliaran tanpa nilai. Tanpa keyakinan, kehebatan dan kesempurnaan yang penciptaan yang Allah telah kreasikan pada diri kita seakan tak menemukan kesetimbangan yang harmoni. Tubuh tanpa keyakinan, laksana pohon tanpa akar. Ia akan dimakan rayap dan lalu tumbang. Hanya menjadi sampah jaman yang terus bergerak perlahan.

Keyakinan laksana minyak bagi pelita yang berjuang meretas kegelapan. Minyak inilah yang juga terus menyemangati sang pelita untuk terus berjuang membakar dirinya hingga dunia tak ada dalam kepungan malam yang jelaga. Tak akan ada pelita bertahan lama, jika tak didukung minyak yang tersedia. Begitu pula manusia, tak akan ada yang sanggup bertahan melintasi gegap gempita jaman tanpa ada setitik nilai di dalam dirinya. Yang punya nilai-nilai dan keyakinan saja belum pasti selamat dan keluar merenangi jaman, apalagi yang tak ada nilai di dalam dirinya. Ia akan terbelenggu kegelapan jaman. Melihat kemaksiatan laksana nikmat, melihat kemungkaran ibarat pesta pora besar-besaran. Melihat kesedihan, kehinaan, kepapaan tanpa berpengaruh apa-apa dalam jiwanya. 

Bila itu semua terjadi, nilai-nilai telah tercerabut dalam diri manusia, maka tak akan lama bencana akan datang menerjang, meluluhlantakan jiwa-jiwa yang perlahan merapuh dan tua. Menghancurkan kenisbian yang menjadi penyangga jiwa. Kasihanilah jiwa, jika tak ada nilai-nilai dan keyakinan yang ada di dalamnya. Sesungguhnya ia telah mati sebelum kematian sejati datang menghampiri. Beruntunglah jiwa yang terus disucikan, ia akan disegarkan dari kepungan kekotoran dan keracunan lingkungan yang terus datang mengganggu dan menebar jaring keraguan. Beruntunglah jiwa yang terus dipelihara dan dikuatkan, ia laksana kuda yang dilatih dan terus dilatih. Maka, bagi jiwa yang terpupuk dan terjaga nilai-nilai kebaikannya, penghargaaan dan keberhasilan sesungguhnya tinggal masalah waktu. Bersabarlah, cepat atau lambat kesuksesan akan bertemu dengan momentum kesempatan.

3.      Apapun yang dilakukan gunakan metode yang benar
Metode laksana senjata bagi seorang tentara. Ia akan mendorong keberanian semakin meningkat dan berlipat. Kepercayaan diri akan tumbuh dan terus tumbuh dengan pesat. Dengan metode yang benar, apalagi teruji, seseorang dengan semangat yang tinggi akan terus berjuang mencapai tujuan kehidupannya. Ia akan melupakan rasa bosan yang kadang secara manusiawi datang menyergapnya. Dengan kemampuan yang tepat, dan metode yang benar, ia tahu betul bahwa keberhasilan bukan masalah. Hanya waktunya saja dan kualitas ikhtiarnya yang belum bertemu. Dengan metode yang benar pula, ia sadar bahwa ini hanya masalah waktu semata. Ia tinggal butuh kesabaran dan ketekunan untuk terus meretas sebuah keberhasilan. 

Dengan metode yang benar pula, ia menyadari bahwa persoalan keberhasilan bukan seluruhnya terletak pada aspek keberuntungan. Ia yakin bahwa selain masalah takdir, ia juga menyadari bahwa persoalan keberuntungan dan kesuksesan in-line dengan ikhtiar dan sabar. Tentu saja diluar itu ia juga perlu menjaga ritme dan semangat yang baik, agar tujuan yang ia miliki mampu di dorong oleh keyakinan yang kuat dan tentu saja dibarengi tujuan yang benar.

Ketiga faktor itu tadi, jika bisa diimplementasikan dengan baik, akan dengan sendirinya melawan rasa bosan yang tumbuh di sela-sela sejumlah aktivitas yang terjadi. Saat yang sama, dalam konteks organisasi, bila ketiganya diikat dalam balutan sinergi, maka hasilnya luar biasa. Kesuksesan bila ini terjadi, bukan barang langka dan lama.

Dengan sinergi ketiganya, orang akan mampu bertahan melintasi jaman, bukan lagi lima atau sepuluh tahun ia barangkali akan menghabiskan waktunya di sebuah organisasi tiga puluh, lima puluh, bahkan hingga akhir hayatnya.

Harus kita ingat, kebosanan selain mencerminkan tiadanya inovasi, juga mengancam pertumbuhan dan perkembangan organisasi. Kebosanan bila terus tumbuh bisa saja melahirkan antipati dan dis-obidient (pembangkangan). Bila ini terjadi, virus ini bukan hanya menumbuhkan bibit perpecahan, bahkan bisa saja menimbulkan kerapuhan dan keruntuhan.

Semoga cinta yang kita tanam, menumbuhkembangkan kebaikan dan menghancurkan sulur-sulur kebosanan yang merayapi perjalanan hari. Semoga cinta yang kita tanam, memerdeka-kan kita dari tekanan kejenuhan dan jiwa kerdil kepengecutan. Bukankah bosan adalah buah dari kekerdilan jiwa dan ketakutan menunggu dengan sabar buah sukses sebuah ikhtiar dan kesungguhan.

Wallahu’alam, bishowwab.

Condet menjelang tengah malam, setelah mencicipi sebuah kelas Gym singkat.
Senin, 10 Januari 2011

Nana Sudiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar