Minggu, 27 Februari 2011

Marketing 3.0 dan Lembaga Kemanusiaan

Seiring perubahan yang terjadi di segala bidang kehidupan, dunia marketing-pun tak lepas dari peruahan ini. Era marketing yang mengedepankan profit semata secara perlahan berubah. Era marketing dengan orientasi profit juga disebut dengan era marketing 1.0 (baca : one point “o”). Dan perubahan model Marketing 1.0 ke marketing selanjutnya disebut dengan Marketing 2.0. Di mana era Marketing 2.0 ini mengubah dari product centric ke customer-centric era. Dan sekarang kita melihat bahwa marketing telah mentransformasi diri ke dalam human-centric era. Perubahan kea rah nilai-nilai yang lebih humanis inilah yang dinamai dengan Marketing 3.0. Dalam model marketing ini di sana nilai-nilai dilekatkan pada misi dan visi perusahaan. Perusahaan dan para pemasar dalam konsep marketing ini juga didorong menginkorporasikan visi yang lebih manusiawi dalam memilih tujuan-tujuan mereka. Salah satu prinsip Marketing 3.0 dalam bisnis adalah adanya keberlanjutan (sustainability).

Perkembangan Marketing
Dalam sejumlah buku dan artikel tentang marketing terkini, khususnya tentang marketing era baru, yakni era 3.0, dijelaskan bagaimana sejarah marketing bergulir. Marketing 1.0 adalah marketing yang berfokus pada produk atau dengan istilah lain disebut “Product-Centric Era”. Di mana kegiatan marketing diarahkan sesuai dengan kemauan produsen. Di sini, konsumen sedikit diabaikan dan yang penting adalah bagaimana produsen membuat produk yang bagus dan laku dipasaran. 

Setelah berakhir era marketing 1.0, segera kita mengenal Marketing 2.0. Era marketing ini adalah marketing yang berfokus pada pelanggan, dengan istilah lain disebut “Customer-Centric Era”. Lebih maju dari marketing 1.0, di sini kegiatan marketing diarahkan sesuai dengan kemauan pelanggan. Selain produk yang bagus juga memperhatikan aspek keinginan pasar yang ada.

Dan perkembangan yang terkini adalah Marketing 3.0 yaitu marketing yang berfokus pada kemanusiaan, dan disebut dengan “Human-Centric Era”. Kegiatan marketing produk bukan yang utama lagi, karena disini pelaku bisnis justru lebih menonjol aktifitas kemanusiaannya, dengan berbagai kegiatan sosial maupun pelestarian lingkungan hidup.

Dalam marketing 3.0 ini, ada tiga kekuatan yang ada di dalamnya, yaitu : Digitalization, Globalization dan Futurization. Digitalization, saat ini kita hidup dalam era teknologi digital yang tak terbatas. Banyak hal saat ini yang dijalankan secara digital dan hanya dengan memencet satu atau beberapa tombol tertentu. Satu tombol ”klik” saja, kita bias jadi telah melakukan sebuah perubahan yang signifikan.  Dengan munculnya fenomena ”blog” juga, orang dengan bebas dan penuh ekspresi menulis dan mengkomunikasikan apa saja yang menjadi isi kepalanya. Termasuk di dalam dunia maya ini, sejumlah upaya transaksi dan jual beli bisa dilakukan. Faktanya, ada sekitar 1.2 juta posting blog disetiap harinya atau 50 ribu blog terupdate tiap jamnya. 

Yang kedua adalah globalization, kalau jaman dulu globalisasi identik dengan anggapan dunia yang kecil “Smaller World” di mana kita bisa tahu apapun yang terjadi di belahan bumi lain dengan akses informasi yang begitu terbuka. Maka saat ini globalisasi lebih diartikan sebagai “Flat World” dengan anggapan bahwa setiap individu dengan satu PC, sehingga setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi leader. Faktor yang jelas yang mempengaruhi globalisasi model baru ini adalah “social culture” dan “political legal”.  Yang ketiga adalah Futurization, untuk saat ini di samping menjadi “yang berbeda” juga diperlukan kreatifitas yang tinggi. Market, sebagai sasaran dalam bisnis sudah begitu cerdas untuk bisa menilai produk yang kita buat.

Dalam konsep Marketing 3.0 menurut Hermawan Kertajaya, ada 10 kredo yang seharusnya dilakukan marketer agar mereknya bisa berkelanjutan di era New Wave, era serba transparan dan horisontal ini. Ke-10 kredo itu adalah :
  1. Cintai pelanggan dan hormati pesaing
  2. Tanggaplah pada perubahan dan siaplah untuk berubah
  3. Jaga reputasi dan pastikan siapa diri anda sebenarnya
  4. Pelanggan sanagt beragam, sasarlah pelanggan yang mendapatkan manfaat paling banyak
  5. Selalu tawarkan paket yang bagus dengan harga wajar
  6. Pastikan bahwa anda selalu ada untuk pelanggan dan sebarkan berita baik
  7. Raih pelanggan, pertahankan dan kembangkan mereka
  8.  Apapun bisnisnya, akan selalu menjadi bisnis pelayanan
  9. Selalu sempurnakan kualitas, harga dan deliver
  10. Kumpulkan informasi yang relevan dan gunakan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan
Keuntungan Lembaga Kemanusiaan
Bagi lembaga kemanusiaan, atau organisasi sosial kemanusiaan, perkembangan marketing seperti saat ini yang menjadi trend marketing 3.0, jelas sangat teruntungkan. Dengan semakin kuatnya dorongan kepedulian perusahaan-perusahaan serta korporasi jelas menambah terbukanya peluang kerjasama dengan mereka. Lembaga kemanusiaan juga semakin berperan penting, mengingat core aktivitas perusahaan sendiri rata-rata bukan di dunia social kemanusiaan. Perusahaan yang ada umumnya akan tetap focus pada bisnis mereka masing-masing dan dalam implementasi social kemanusiaan perusahaan dengan sendirinya akan menggandeng sejumlah lembaga yang memang core aktivitasnya di sana.

Selain itu, dengan pengalaman dan legal formal yang dimiliki, lembag kemanusiaan yang ada dengan sendirinya akan lebih mudah dan tentu saja bisa focus dalam menangani sejumlah urusan social yang menjadi bagian dari kepedulian perusahaan. Kini secara umum permasalahan kepedulian perusahaan dituangkan dalam wujud CSR (corporate social responsibility) yang tidak lain merupakan implementasi model marketing 3.0. 

Dengan perkembangan ini, sinergi corporate dengan lembaga kemanusiaan dipastikan akan semakin meningkat dan tentu saja secara kapasitas masyarakat yang dibantu-pun dengan sendirinya bertambah jumlah maupun kualitasny. Tinggal bagaimana selanjutnya sinergi ini mampu melahirkan program-program yang semakin tajam dan berkualitas dalam mendorong usaha-usaha perbaikan kualitas hidup masyarakat, terutama mereka yang secara ekonomi berada dibawah garis kemiskinan. Program-program yang digulirkan juga sebaiknya selain mengandung unsure pemberdayaan, saat yang sama pula harus memiliki konsep sustainability. Artinya program-program sinergi yang ada bukan justeru lebih banyak untuk charity, melainkan bersifat empowerment. Semoga.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar