Selasa, 01 Maret 2011

Hati-Hati dengan Ketidakpuasan Yang Kita Miliki

Dalam perjalanan kehidupan, tidak semua hari-hari yang kita jalani terasa indah. Dari sejumlah kejadian atau peristiwa, tentu saja ada juga yang tidak memuaskan. Dan perasaan ini wajar terjadi, mengingat tidak semua keinginan dan harapan yang dimiliki bisa terealisasi.

Perasaan ketidakpuasan adalah sebuah pisau bermata dua. Bila dikelola secara positif, ia akan mengarahkan pada perubahan yang luar biasa. Menciptakan energi positif untuk bisa berubah lebih baik dan terus lebih baik. Dengan perasaan ketidakpuasan yang dikelola dengan baik, akan juga melahirkan inovasi-inovasi baru yang muncul dari keinginan untuk bisa lebih puas dan sekaligus membuktikan eksistensi diri.

Namun, perasaan ketidakpuasan juga ternyata dapat berbahaya bagi jiwa. Ia akan menggerogoti keyakinan, optimisme dan harapan akan perubahan. Ketidakpuasan juga akan merembet pada pudarnya kerjasama tim dan soliditas di sebuah sistem. Secara personal, ketidakpuasan yang terus dipelihara secara berlebih akan mengarah pada mencari kesalahan pada orang lain (kambing hitam) dan melupakan evaluasi diri secara obyektif. Dengan tumbuhnya ketidakpuasan, secara organik bangunan ketegaran dan kekuatan melangkah ke masa depan semakin hari akan semakin merapuh. Jiwa mereka yang selalu tidak puas sulit untuk bisa berfokus pada tujuan dan target yang dicanangkan.

Ketidakpuasan ini pula yang jika kita biarkan akan menjadi jendela masuknya bisikan-bisikan logika anarki yang muncul. Baik secara personal maupun dalam sebuah sistem. Orang yang tidak puas bisa secara personal menunjukan disobidient (pembangkangan) terhadap aturan yang ada, dan akan lebih parah jika ia kemudian melakukan provokasi dan mendelegitimasi sistem yang sedang dibangun.

Terkait dengan hal itu, ada cerita yang sangat menarik yang ada dalam buku R Ian Seymour yang berjudul "Temukan Potensi Sejati Anda". Cerita itu hanya 2 paragraf saja, dan posisinya bisa ditemukan dalam bab 9 yang bertema "Waspadalah Terhadap Nyanyian Ketidakpuasan".

***

Dahulu kala ada seorang raja tua bijaksana yang khawatir dengan kegelisahan dan ketidakpuasan rakyatnya. Mereka selalu merintih dan mengeluhkan sesuatu. Sepertinya setiap orang memiliki sebuah masalah yang harus dipikul, dan ketidakpuasan pun mulai menguasai mereka. Raja tua bijaksana ini memutuskan sudah tiba waktunya untuk meletakan perspektif yang benar terhadap masalah ini, jadi ia mengundang rakyatnya untuk berkumpul bersamanya sehingga mereka dapat menyuarakan semua masalah, kesulitan dan keluhan mereka.

Nah, semua orang datang berkumpul dari segala penjuru dan membentuk satu kerumunan besar untuk menghadap raja. Kemudian, satu demi satu, mereka mulai menceritakan kesengsaraan mereka. Setiap orang mengeluhkan ketidakadilan, perlakuan buruk, atau berbagai masalah dengan tetangga, pekerjaan maupun keluarga masing-masing. Mereka semua mengeluhkan keadaan ataupun situasi mereka yang tidak beruntung. Ketika pada akhirnya orang terakhir selesai berbicara, raja bijaksana tersebut berdiri dan memberikan nasihatnya. Ia menyarankan agar setiap orang menukar masalahnya dengan salah seorang dari tetangganya. Kesunyian menerpa pertemuan tersebut seiring dengan setiap orang merenungkan nasihat sang raja. Kemudian suatu hal yang sangat aneh terjadi. Satu per satu orang mulai membalikan badan dan pergi, tidak lagi merasa tidak puas. Hal ini terjadi karena ketika mereka ditawari sebuah kesempatan untuk menukar posisi dengan orang lain, mereka memutuskan untuk menyimpan masalah mereka sendiri dan menghadapinya, bukan menukar masalah mereka dengan masalah baru yang tidak di kenal.

***

Nana Sudiana